HASTHA BRATA
Konsep Hasthabrata muncul dalam cerita pewayangan Jawa dengan
lakon “Wahyu
Makutharama” yang mengisahkan tentang pemberian wejangan (fatwa)
seorang Pandita bernama Wiswamitra yang ditujukan kepada Sri
Rama yang akan dinobatkan menjadi raja menggantikan ayahandanya.
Konon, ajaran hasthabrata tersebut selalu dipedomani untuk dijadikan fatwa
terhadap putra mahkota yang akan dinobatkan menjadi raja-raja Jawa. Hasthabrata
terdiri dari kata hastha yang berarti delapan dan
kata brata yang berarti sifat baik. Hasthabrata
dikenal sebagai delapan sifat ideal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin
menurut ajaran Jawa.
Hasthabrata menggambarkan sifat-sifat
benda alam yang meliputi:
SURYA (matahari)
KARTIKA (bintang)
CANDRA (bulan)
BAWANA (bumi)
TIRTA (air)
MARUTA (angin)
DAHANA (api)
SAMODRA (lautan)
KARTIKA (bintang)
CANDRA (bulan)
BAWANA (bumi)
TIRTA (air)
MARUTA (angin)
DAHANA (api)
SAMODRA (lautan)
Matahari adalah pusat kehidupan planet dalam suatu
sistem tata surya. Peredaran planet-planet dalam tata surya dikendalikan oleh
matahari yang memiliki sifat-sifat : (a) menerangi alam semesta, (b) sebagai
sumber energi, (c) keberadaannya sangat dibutuhkan oleh semua planet dan
makhluk yang hidup di bumi.
Seorang pemimpin harus memiliki sikap seperti
matahari, yang memiliki peran sebagai pengarah dan pengendali, sebagai sumber
kekuatan yang digunakan untuk mempengaruhi untuk pengikutnya, keberadaannya
sangat dibutuhkan oleh pengikutnya. Sifat menerangi yang dimiliki oleh matahari
dalam bahasa jawa dimaknai sebagai “gawe pepadang marang ruwet rentenging
liyan” yang berarti harus mampu membantu mengatasi kesulitan atau
memecahkan problem-problem yang dihadapi oleh anak buahnya. Kehadiran matahari
adalah membuat dunia terang, yang dapat dimaknai adanya peningkatan dari kegelapan
menjadi terang, dari ketidak tahuan menjadi tahu, dari bodoh menuju pandai dan
dari tidak berdaya menjadi berdaya.
Brata yang kedua adalah BAWANA yang
berarti bumi.
Bumi memiliki atmosfer yang melindungi semua makhluk
yang hidup di bumi dari radiasi matahari. Tanpa atmosfer, bumi akan sangat
panas, dan tidak mungkin makhluk akan dapat hidup di dalamnya. Dengan atmosfer
pula benda-benda langit seperti meteor, bila jatuh ke bumi akan terbakar dan
kemudian musnah. Bumi juga merupakan tempat untuk mencari nafkah dan mencari
sumber kehidupan. Bumi diibaratkan sebagai ibu pertiwi. Sebagai ibu pertiwi,
bumi memiliki peran sebagai ibu, yang memiliki sifat keibuan, yang harus
memelihara dan menjadi pengasuh, pemomong, dan pengayom bagi makhluk yang hidup
di bumi. Implementasinya adalah kalau sanggup menjadi pemimpin harus mampu
mengayomi dan melindungi anak buahnya.
Brata yang ketiga adalah CANDRA yang
berarti bulan.
Bulan memiliki sifat-sifat enak dan menyenangkan bila
dipandang. Bulan juga diibaratkan sebagai gambaran kehidupan yang romantis,
suasana yang sangat didambakan dalam memadu cinta. Implementasinya bagi
pemimpin ialah pemimpin dalam memperlakukan anak buahnya harus dilandasi oleh
aspek-aspek sosio-emosional. Dalam memperlakukan anak buah harus humanistik,
lemah lembut, penuh perhatian, memperhatikan suasana kejiwaan anak buahnya.
Pemimpin harus memperhatikan harkat dan mertabat pengikutnya sebagai sesama.
Terhadap pengikutnya harus menghormati sebagai sesama manusia. Dalam konsep
Jawa hal ini disebut “nguwongke”.
Brata keempat adalah KARTIKA yang
berarti bintang.
Secara alami, bintang dapat menunjukkan arah diwaktu
malam. Bintang dapat menggambarkan dambaan cita-cita, tumpuan harapan, sumber
inspirasi. Seorang pemimpin harus memiliki cita-cita yang tinggi, berpandangan
jauh kedepan, pemberi arah, sumber inspirasi, dan tumpuan harapan.
Brata yang kelima adalah TIRTA yang
berarti air.
Secara alami, air selalu mengalir kebawah. Air selalu berubah
bentuknya sesuai tempat dimana air tersebut ditampung. Seorang pemimpin harus
mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan siapapun termasuk
pengikutnya (adaptif). Air selalu mengalir ke bawah, artinya pemimpin harus
memperhatikan potensi, kebutuhan dan kepentingan pengikutnya, bukan mengikuti
kebutuhan atasannya.
Brata yang keenam adalah MARUTA, yang
berarti angin.
Secara alami angin memiliki sifat menyejukkan, angin
membuat segar bagi orang yang kepanasan. Angin sifatnya sangat lembut. Seorang
pemimpin harus bisa membuat suasana kepemimpinan sejuk, harmonis, dan
menyegarkan. Sifat angin yang lembut juga menggambarkan bahwa seorang pemimpin
harus memiliki sifat lemah-lembut terhadap pengikutnya.
Brata yang ketujuh adalah DAHANA, yang
berarti api.
Secara alami, api memiliki sifat panas, dan dapat membakar.
Seorang pemimpim memiliki sifat pembakar semangat, pengobar semangat, dan
memiliki peran sebagai motivator dan inovator bagi pengikutnya.
Brata yang kedelapan adalah SAMODERA, yang
berarti lautan atau samudra.
Secara alami, lautan sangat luas melebihi luas
daratan. Pemimpin harus memiliki wawasan yang luas dan dalam, seluas dan
sedalam samudra. Disamping wawasan yang luas, pemimpin harus berjiwa lapang,
mudah memaafkan kesalahan orang lain. Samudra juga bersifat menampung seluruh
air dan benda-benda yang mengalir kearah laut. Seorang pemimpin harus memiliki
sifat menampung semua kebutuhan, kepentingan, dan isi hati dari pengikutnya,
serta pemimpin harus bersifat aspiratif.
0 komentar:
Posting Komentar